Berjilbab Tapi Merokok

Banyak.

Banyak kok.

Ntah itu karena kebiasaannya sebelum ia berjilbab atau bagaimana saya tidak tahu.
Yang pasti wanita seperti ini ya ada.

Lantas, bagaimana pandangan saya mengenai ini?

Biasa saja sih.

Begini, ulama dari empat mazhab utama Sunni di dunia (Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali) bersepakat bahwa rambut wanita merupakan bagian dari aurat sehingga harus ditutupi. Tidak ada perdebatan ulama untuk hal ini.
Wanita berjilbab bukan berarti kelakuannya baik. Ia hanya menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Kewajiban ya kewajiban. Ia tahu bahwa jilbab itu hukumnya wajib bagi dirinya.

Wanita tidak berjilbab juga bukan berarti kelakuannya tidak baik. Bukan berarti baik juga.
Wanita yang belum mengenakan jilbab, berarti yaah.. belum memenuhi perintah Allah tersebut. Udah. Berhenti sampai disitu.

Bagi Vivy sendiri, jilbab bukanlah tanda kesalehan seseorang, karena pada dasarnya jilbab itu suatu hal yang wajib bagi setiap wanita muslim yang sudah baligh juga sebagai bentuk ketaatan terhadap dalil dan agar mudah dikenali (sebagai muslimah).

Allah sudah memerintahkan wanita muslim untuk berjilbab, dalilnya sudah ada di surah Al-Ahzab ayat 59 dan surah An-Nur ayat 31.

Dalil tentang wajibnya berjilbab itu jelas dan terang, tak perlu diperdebatkan lagi. Itu saja.

Terlalu dangkal jika seseorang menilai orang berdasarkan jilbabnya.

“COPOT JILBAB LO, KELAKUAN BIKIN MALU ISLAM!”
*Seperti yang pernah Vivy posting tentang pengalaman saudara perempuan kita mengenai jilbabnya disisni.

Lah? Anda mentitah seorang muslimah melepas mahkotanya dan melanggar kewajibannya?

Hanya karena itu adalah kewajiban, lalu kita dengan seenak dengkulnya men-judge orang yang berjilbab? Logika dari mana itu?

Alangkah indahnya jika kamu tolong bantu saudara kita menjadi lebih baik dan/atau MINIMAL hargai mereka yang masih dalam proses melakukan perubahan.

Toh, ulat berubah menjadi kupu-kupu pun perlu proses. Ndak tiba-tiba ulat berubah menjadi kupu-kupu atau dari melata tiba-tiba bisa terbang dengan indah.

Rasul kan sudah memerintahkan kita untuk berbuat baik dan tidak menghakimi sesama. Lalu mengapa masih ada orang yang hobi sekali menghakimi orang lain dan merasa lebih suci? Atas dasar apa orang itu bertindak demikian?

Berjilbab adalah urusan seorang muslimah kepada Tuhannya, mengapa masih ada yang menghakimi seseorang berdasarkan jilbabnya?

Salahkan kelakuan orangnya lah, jangan salahkan jilbabnya.

Gini nih yang dari zaman ke zaman ndak pernah hilang kebiasaannya.
yang salah sape, yang disalahin sape.

Ini bisa disebut cacat logika sih.

Heran dah.

Tinggalkan komentar