Senyuman Kedamaian

Malam ini, Allah kembali mengajariku rasa syukur dari senyuman dan dekapan tulus sosok wanita yang luar biasa untuk anak sulungnya.

Memang sesekali aku dekap ia dari belakang, dibubuhi hujaman kecupan lembut saat ia tengah sibuk berkutat dengan pekerjaannya.
Entah saat beliau tengah memasak makanan kesukaanku di pagi hari atau membantuku memilih baju saat ingin hadir dalam sebuah acara (jangan heran, sedewasa apapun seorang anak tumbuh, ia tetaplah anak kecil di mata ibunya)

Sungguh, hatiku sangat tenang saat mendekapnya, dan kecupan itu sebagai perwujudan rasa syukur atas kehadirannya dalam hidupku.

Dan kini,
malam ini,
aku menatap wajahnya yang pulas dalam kedamaian malam yang sunyi. Di bawah cahaya yang temaram, aku menitikkan air mata saat membayangkan sepasang mata yang teduh di hadapanku ini tak lagi terbuka.
Aku membaringkan tubuh di samping tubuhnya yang berukuran hampir sama dengan tubuhku sekarang.
Ku singkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi parasnya seraya berdo’a

“Ya Allah Ya Rahman, lindungilah salah satu kunci surgaku ini. Jangan biarkan asap neraka mampu menyentuh kulitnya. Biarkan senyuman favoritku ini menghiasi wajahnya hingga akhir hayatnya.”

Lantas kukecup keningnya cukup lama.

Tinggalkan komentar