Kehangatan yang Nyata

Di sudut cafè yang lembab dengan secangkir teh hijau yang hangat, aku mencoba berandai-andai saat kedua netraku tak mampu fokus menangkap tetesan hujan yang deras di balik kaca.

Aku mencoba mengatupkan sepasang kelopak mata, menajamkan penciumanku pada aroma yang khas, menenangkan pikiranku, hingga sekelumit pertanyaan sederhana muncul dalam benakku.

Apa yang ada di dalam pikiran seorang lelaki kecil dengan jas hujan kuning ayahnya yang kebesaran kala ia mengusap lembut surai hitam milik pria paruh baya -yang kurasa itu adalah ayahnya- tengah mendekapnya.

“Ayah, hari ini matahari bersembunyi, jutaan tetes air menyerbu kita, dan tanganmu membeku. Tapi, kenapa aku merasa hangat?”

Tinggalkan komentar